Total Pageviews

Thursday, 7 November 2013

Bagaimana Mengaktifkan Siswa

Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan tugas untuk masing-masing kelompok dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti;
• kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok
• tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja
• tugas itu sederhana
• perintah-perintah jelas dan diberikan selangkah demi selangkah
• guru perlu menyediakan sumber belajar
• guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa yang sedikit berbeda di dalam kelompok
• penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan mendiskusikan tugas itu dengan siswa

Suatu bagian penting dari tugas ini adalah belajar bekerjasama. Untuk siswa-siswa yang sudah lebih berpengalaman bekerja dengan cara ini, guru dapat menetapkan tugas dan kelompok, sehingga:

• kelompok dapat lebih besar dan kadang-kadang siswa boleh memilih siapa anggota kelompoknya
• tugas dapat ditambahkan lebih banyak, tetapi dengan batas waktu yang jelas dan ditetapkan oleh guru
• tugas dibagi dalam bagian-bagian atau merupakan suatu pilihan dari sejumlah pilihan yang ditetapkan guru
• beberapa perintah/instruksi pengerjaan tugas membolehkan siswa untuk memberikan saran, misalnya dalam
  pendekatan, memilih metode eksperimen, atau memutuskan bentuk produk pekerjaan yang akan mereka
  hasilkan
• beberapa sumber belajar dapat dipilih oleh siswa
• peran siswa dalam kelompok dapat beragam dan beberapa keputusan tentang peran ini dapat dibuat oleh
  siswa-siswa
• penilaian dapat dibicarakan dengan siswa melalui diskusi informal dengan kriteria terstruktur formal, serta
  penilaian individual atau kelompok dapat dilakukan

Dalam hal ini, keterampilan bekerjasama turut dikembangkan. Terdapat juga suatu fokus penting tentang topik belajar khusus dan produk kerja kelompok yang akan memperlihatkan bahwa pembelajaran sudah
berlangsung. Dengan cara seperti ini, siswa akan mampu melakukan kegiatan secara mandiri yang dicirikan dengan beberapa hal antara lain;

• mereka memutuskan jumlah dan anggota kelompok
• tugas dapat tersebar untuk masa yang panjang atau lama melalui siswa-siswa berunding dengan guru 
   membahas jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
• tugas mungkin rumit, para siswa perlu memilah-milah perincian setepatnya dari beberapa bagian pekerjaan
• sumber belajar dapat meliputi beragam media dan bahan
• peran setiap siswa dalam kelompok ditetapkan secara musyawarah untuk mufakat (konsensus).

Strategi ini merupakan temuan dari Jigsaw di mana kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dan berbagai tanggung jawab. Strategi ini menjamin agar setiap siswa memikul suatu tanggung jawab yang jelas dalam kelompoknya. Kelas diatur ke dalam sejumlah kelompok ‘pangkalan’ dengan kira-kira enam anggota untuk masing masing kelompok. Tugas dibagi dalam sejumlah kelompok yang telah
ditetapkan. Di dalam kelompok pangkalan yang terdiri dari enam siswa, terdapat enam pertanyaan untuk dijawab, atau enam potongan informasi untuk ditemukan atau enam bagian suatu model untuk dirancang atau
diperiksa. Dalam setiap kelompok pangkalan, setiap siswa meneliti satu dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu. Anda dapat menugaskan tugas khusus untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau
membiarkan kelompok berunding di antara mereka mengenai siapa yang akan melakukan apa.

Pada bagan pertama menunjukkan bahwa ada lima kelompok pangkalan dan setiap kelompok masing-masing membawa hal yang harus diselesaikan, kemudian masing-masing mengelompokkan diri sesuai
dengan masalahnya (seperti gambar kedua) masalah tersebut didiskusikan pada kelompok. Setelah mereka menemukan jawaban kemudian mereka bergabung seperti pada kelompok pertama yaitu pada
gambar ketiga. Kemudian setiap kelompok masing-masing mengemukakan masalah dan hasil penyelesaiannya. Dengan demikian setiap orang memperoleh informasi yang sama dari berbagai masalah yang dipecahkan.

Ilustrasi ini menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok diatur dengan menggunakan strategi jigsaw. Siswa-siswa adalah anggota kelompokkelompok pangkalan dan lalu mereka meneliti aspek tertentu dari topik di dalam kelompok-kelompok pakar. Pada waktu tugas penelitian sudah selesai, mereka kembali ke kelompok pangkalan asal mereka.

Cara lain untuk mengetahui tahap awal pengetahuan siswa dari serangkaian kegiatan bisa dilakukan curah pendapat (brain storming). Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh guru, tetapi guru tidak boleh membatasi atau mengarahkan alur gagasan-gagasan siswa.

Dalam sidang curah pendapat (brain storming), guru meminta kepada siswa-siswa untuk memberi kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang ditulis di papan tulis. Guru menjamin bahwa semua siswa di dalam
kelas menyumbang dan tidak menunjukkan melalui perkataan atau perbuatan bahwa satu jawaban lebih berharga atau tepat. Pada tahaptahap permulaan, semua sumbangan diterima dan tidak ada diskusi
mengenai hal-hal itu. Begitu daftar sudah selesai, guru memperkenankan diskusi, umpamanya “Manakah dari gagasan-gagasan ini yang kamu setujui atau tidak setujui dan mengapa?’’‘Apakah beberapa gagasan ini
perlu dikelompokkan bersama?’

Suatu sidang curah pendapat dapat digunakan untuk:
• mendorong guru menemukan sejauhmana pengetahuan siswa tentang sesuatu topik sebelum kelas mulai
  mengerjakannya, sehingga guru dapat merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya. Untuk maksud
  ini guru akan bertanya, ‘Apa yang kamu ketahui tentang . . .?’
• merencanakan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab sebagai suatu
  bagian proyek kelompok dari kegiatan kerja kelompok ‘gergaji ukir’.
  Dalam hal ini, guru akan bertanya kepada siswa-siswa, ‘Apa yang
  harus kita upayakan mencarinya tentang . . .?’



0 comments:

Post a Comment