Total Pageviews

Friday, 8 November 2013

Bagaimana Siswa Membangun Peta Konsep?

Peta konsep dapat dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-siswa mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antarkata-kata atau konsep-konsep.

Peta konsep dapat digunakan untuk:
• membantu guru mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa-siswa tentang suatu topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya. Untuk maksud ini, guru dapat memberi kepada siswa-siswa sejumlah kata kunci atau gagasan terkait dengan topik yang akan dipelajari.
• menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi antarsiswa guna memperjelas pengertian mereka. Untuk maksud ini, siswa-siswa akan ditempatkan di dalam kelompok-kelompok dua atau tiga orang
untuk membangun peta melalui mufakat (konsensus).
• memberi umpan balik tentang sejauhmana siswa-siswa sudah memahami topik itu. Untuk maksud ini, peta konsep tentu diselesaikan sebagai kegiatan terakhir dalam urutan pengajaran tentang suatu topik. Siswa-siswa dapat diberi semua konsep kunci tentang suatu topik dan meminta mereka menghubungkannya dalam suatu peta konsep. Sebagai kemungkinan lain, mereka dapat diberi satu atau dua gagasan kunci dan meminta membangun suatu peta konsep dengan menambahkan pada gagasan-gagasan ini dan
mengembangkan suatu peta yang menjelaskan semua hal yang sudah dipelajarinya.
• mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam satu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain. Untuk maksud ini, guru akan memberi siswa-siswa dua buah
daftar kata kunci, satu daftar dari setiap topik, dan meminta siswasiswa menghubungkan kata-kata dari kedua daftar dalam peta konsep mereka.

Dalam kegiatan ini guru menantang siswa-siswa untuk mengerjakan konsep atau gagasan yang diilustrasikan. Guru memilih gagasan yang ia ingin siswa-siswa mengenalinya, mengerti, dan menggambarkan,
umpamanya binatang menyusui.

Guru menantang siswa-siswa untuk mengolah gagasan itu dengan menempatkan gambar-gambar, kata-kata, benda-benda, kalimatkalimat atau diagram-diagram yang disajikan dalam dua tumpukan yang berbeda. Satu tumpukan merupakan contoh yang baik dari gagasan yang ia pikirkan dan tumpukan yang satu lagi berisi halhal yang tidak sesuai dengan gagasannya.

Langkah pertama adalah menyajikan kepada siswa-siswa contoh yang baik dari gagasan umpamanya gambar seekor gorila, binatang menyusui. Lalu guru memberitahu kepada siswa-siswa bahwa ini
adalah contoh yang baik. Inilah contoh pertama dalam tumpukan contoh-contoh yang ‘baik’.

Sekarang guru menunjukkan kepada siswa-siswa contoh yang jelek dari gagasan itu seperti kata ‘siput’. Siput bukan binatang menyusui. Kata ini ditempatkan dalam tumpukan’‘bukan contoh baik’.

Guru lanjutkan lagi menunjukkan contoh-contoh yang baik dan contoh-contoh yang tidak cocok dengan gagasan itu, mengajak siswa-siswa untuk membantunya memutuskan ke dalam tumpukan mana contoh itu akan ditempatkan.

Pada waktu hampir semua siswa mampu menempatkan contoh-contoh ke dalam tumpukan yang benar, guru harus bertanya kepada dua atau tiga siswa yang tampaknya memahami gagasan itu untuk menjelaskan
bagaimana mereka memutuskan di mana contoh ditempatkan. Sesudah penjelasan yang baik dan jelas diberikan, guru mungkin masih menyajikan beberapa lagi contoh untuk memastikan bahwa semua siswa
sudah mengenali gagasan itu. Jika siswa-siswa tidak mampu mengenali gagasan itu, maka guru harus memberikan jawabannya.

Sama halnya dalam Bahasa Indonesia, guru hendaklah mengembangkan konsep kata benda. Gunakanlah gambar bunga sebagai contoh yang baik dan kata ‘berlari’ sebagai contoh yang tidak sesuai dengan
konsep. Dalam matematika, konsep segitiga dapat dikembangkan dengan menunjukkan gambar-gambar atau benda-benda di dalam kelas yang memang atau yang bukan segitiga.

0 comments:

Post a Comment